Sebentar saja kita merenung, mungkin kita pernah merasa bahwa diri ini bukanlah apa-apa. Bahkan bisa saja lebih dari itu, kita benci diri kita sendiri karena merasa tidak berguna, mahluk yang sia-sia. Kita pun pernah merasa begitu banyak kekurangan, begitu banyak kesalahan, dan begitu banyak keburukan. Apalagi ketika orang lain tampak begitu sempurna dan memiliki banyak kelebihan, ingin rasanya diri ini tenggelam dan tak pernah timbul kembali.
Kemudian kitapun mungkin bertanya-tanya, mengapa orang lain memiliki begitu banyak kelebihan, sedangkan kita tidak memiliki apa-apa kecuali kekurangan. "Mengapa aku buruk, sedang orang lain cantik dan ganteng?", "Mengapa orang lain berhasil, sedang aku selalu gagal?", "Mengapa orang lain kaya sedang aku miskin?", serta seribu "mengapa" lainnya yang membuat kita tersungkur dan terjatuh dalam kenistahinaan. "Ya Allah, mengapa tidak Kau cabut saja nyawa ini?", akal sehatpun kemudian menghilang begitu saja. Na'udzubillah. Manusiawi memang, ada kalanya rasa itu muncul secara tiba-tiba di setiap diri kita dengan berbagai kemungkinan sebab.
Tapi ada satu yang bisa kita jadikan penawar, bahwa Allah tidak pernah menciptakan mahluk-Nya hanya dengan kekurangan atau kelebihan saja, hanya dengan mudharat tanpa manfaat atau sebaliknya. Kita pun manusia, pastilah memiliki keduanya dalam kadar yang ditentukan. Dialah Yang Maha Kuasa yang telah membekali manusia dengan segala kelebihan, menjadikannya memiliki keistimewaan. Hanya saja, proses hidup yang kita alami mungkin telah membuatnya hanya menjadi harta terpendam, tak pernah muncul ke permukaan. Bahkan mungkin keistimewaan itu, sekalipun pernah ada pada masa-masa kecil kita, pada gilirannya terkubur oleh serbaneka kehidupan.
Mari kita tengok falsafah mutiara. Segala sesuatu tidak dapat begitu saja menjadi berharga tanpa peluh perjuangan. Kita butuh proses panjang untuk menjadikannya elok dan indah. Proses ini mensyaratkan keseriusan dan kesabaran. Yah..sesungguhnya setiap kita adalah mutiara yang memiliki pancaran keindahannya masing-masing, seperti apapun adanya kita pada awalnya, kita hanya harus menyepuhnya untuk membuatnya menjadi berharga dan terus berharga.
Benar, di dalamnya mesti ada banyak rintangan dan cobaan. Ketahuilah, itu hanya bagian dari ujian-ujian yang harus kita hadapi untuk sampai pada predikat khoirun-nas. Begitupun dengan proses menemukan jati "kemutiaraan" kita, ia hanya dapat di upayakan oleh kekuatan kita sendiri seraya berteguh pada prinsip "la haula". Hal itu tidaklah seberapa karena primordialitas kita memang tercipta untuk menjadi seperti mutiara. Tugas kita adalah berusaha sebisa mungkin mengerahkan segala apa yang kita miliki. Buka mata, telinga, hati, pikiran, dan buka segala daya diri agar sinar itu mampu bercahaya menembus keterpasungan jiwa dengan tetap berlindung dari pribadi keakuan ^,^
No comments:
Post a Comment